Fahri Hamzah: Prabowo Bisa Menjadi Juru Bicara Politik Luar Negeri Indonesia

Penulis: - Kamis, 6 Juni 2024
Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Fahri Hamzah saat memberikan pengantar diskusi Gelora Talks dengan tema 'Arah Politik Luar Negeri Prabowo: Dari Isu Ukraina Hingga ke GAZA'yang ditayangkan dikanal YouTube GeloraTV, Rabu (5/5/2024).

Jakarta, Sumselupdate.com – Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Fahri Hamzah mengatakan, Indonesia akan segera memiliki seorang Presiden yang mempunyai kemampuan setara dengan Presiden RI pertama Soekarno.

Presiden tersebut, nanti akan menjadi juru bicara keinginan politik luar Indonesia ke depan. Presiden ini yang juga akan menjadikan Indonesia sebagai negara superpower baru, kekuatan baru dunia.

Bacaan Lainnya

“Jadi salah satu dari pilar penting Indonesia Emas 2045 itu munculnya Presiden yang akan menjadi juru bicara politik luar negeri Indonesia,” kata Fahri Hamzah, Rabu (5/5/2024) saat memberikan pengantar diskusi Gelora Talks dengan tema ‘Arah Politik Luar Negeri Prabowo: Dari Isu Ukraina Hingga ke GAZA’yang ditayangkan dikanal YouTube GeloraTV.

Diskusi ini menghadirkan narasumber KSAU 2002-2005 Marsekal TNI (Purn) Chappy Hakim yang juga Founder and Chairman Indonesia Center for Air Power Studies, serta Pengamat Politik Timur Tengah & Dunia Islam Hasibullah Satrawi.

“Alhamdulillah, kita bersyukur  akan punya Presiden yang  kemampuan menjuru bicarai Indonesia seperti Presiden Soekarno dulu,” ujar Fahri.

Pikiran dan pandangan Soekarno ketika itu, kata Fahri, mampu menjelaskan keberadaan negara baru bernama Indonesia dan berani melakukan konfrontasi dengan negara lain.

“Tetapi di masa Pak Harto (Soeharto) kemudian sangat slow, karena beliau fokus membangun infrastruktur dasar dari sebuah negara maju dan modern,” katanya.

Kendati begitu, Soeharto lanjut Fahri, berhasil menjadikan Indonesia sebagai kekuatan baru di Asia, tidak hanya di kemajuan di bidang ekonomi, tapi juga politik dan pendidikan.

“Tapi setelah itu, penjuru bicaranya kurang keras. Pak Habibie (BJ Habibie) hanya sebentar, Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid) juga. Lalu, masuk ke Ibu Mega (Megawati Soekarnoputri), Pak SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) yang berlatar belakang militer, tapi dikenal shoft,” ujar dia.

“Kemudian kita masuk ke Pak Jokowi (Joko Widodo) yang kira-kira mirip juga dengan Pak Harto yang agak fokus kepada pembangunan,” tambahnya.

Sementara, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto sebagai Presiden terpilih memiliki kemampuan dan sikap yang keras seperti Presiden Soekarno, selain kemampuan bahasa asingnya  cukup baik.

“Mudah-mudahan Pak Prabowo bisa menjuru bicarai kepentingan Indonesia di dunia internasional, tapi tidak dengan konfrontasi. Terpilihnya Pak Prabowo telah menarik perhatian bangsa-bangsa di dunia,” katanya.

Wakil Ketua DPR Periode 2014-2019 ini menilai, Pidato Prabowo Subianto dalam Forum IISS Shangri-La Dialogue 2024 di Singapura pada Sabtu (1/6/2024) lalu, sangat luar biasa.

“Pak Prabowo mengajak bangsa-bangsa di dunia yang sedang galau. Mereka masih berpikir ideologinya,  perang  masih diperlukan, karena mereka punya industri militer. Tetapi, Pak Prabowo mengatakan, korban manusia di Ukraina dan Gaza  harus dipandang sama,” katanya.

Prabowo, kata Fahri, mampu menjelaskan mengenai standar ganda negara-negara barat mengenai korban manusia akibat perang di Ukraina dan Gaza, Palestina. Hal ini membuat negara barat mulai terbuka.

“This Is the Indonesian time. Ini adalah waktunya Indonesia. Ini adalah gilirannya Indonesia menjemput nasibnya untuk terlibat lebih jauh dalam politik luar negeri dibawah kepemimpinan Pak Prabowo,” tegasnya.

Sementara itu, KSAU 2002-2005 Marsekal TNI (Purn) Chappy Hakim mengatakan, Indonesia sekarang tengah berhadapan dengan situasi geopolitik yang tidak menguntungkan, yakni adanya konflik global dan ancaman smart war (perang yang cerdas), bukan perang konvensional.

Konflik geopolitik global terjadi antara Rusia-Ukraina, Israel-Iran, Amerika Serikat-China. Lalu, adanya ancaman perang di Laut China Selatan, dan ancaman AUKUS Australia.

“Semua adalah konflik geopolitik berupa perang, dan sekarang perang tersebut, sudah mencapai smart war yang memerlukan smart defence sistem,” kata Chappy Hakim.

Founder and Chairman Indonesia Center for Air Power Studies ini mengatakan,  situasi tersebut, menjadi tantangan bagi pemerintahan baru dibawa pimpinan Prabowo Subianto.

“Inilah tantangan besar bagi pemerintahan baru, bagaimana memposisikan kita sebagai negara originaly dan origanily position. Dimana NKRI itu, adalah anti imperialisme dan kolonialisme dan pelopor negara-negara nonblok. Sehingga kita bisa mengetahui apa yang harus kita posisikan,” katanya.

Sedangkan Pengamat Politik Timur Tengah & Dunia Islam Hasibullah Satrawi berharap  pemerintahan Prabowo Subianto bisa menjaga harmoni antara agama dan politik.

“Ke depan ini penting adanya rakyat dan militer  saling bekerja sama demi kemajuan bersama. Karena itu, Pak Prabowo sebagai tokoh militer dalam demokrasi seperti hubungan antara agama dan negara yang digambarkan Imam Ghazali,” kata Hasibullah Satrawi.

Menurut dia, Prabowo perlu memperkuat pesenjataan Indonesia ke depan agar bisa menggerakkan dunia.

Aabila tidak memiliki persenjataan yang kuat, Indonesia tidak akan didengar dan bisa mengajak negara lain untuk menjaga perdamaian, tidak cukup hanya seruan moral.

“Manusia itu, prinsipnya butuh sesuatu yang dikalkulasikan dan menakutkan agar bisa berlanjut. Negara seperti Amerika dan negara-negara di Eropa itu, tidak akan mendengar kita, kalau kita hanya ngomong soal moral. Mereka ditakuti, karena persenjataannya,”jelas Hasibullah. (**)

Bantu Kami untuk Berkembang

Mari kita tumbuh bersama! Donasi Anda membantu kami menghadirkan konten yang lebih baik dan berkelanjutan. Scan QRIS untuk berdonasi sekarang!


Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.