Palembang, Sumselupdate.com – ‘Een rijk aan de oostkust van Sumatra’ sebuah kerajaan di Pantai Timur Sumatera yang mendapat predikat Venice of the east atau Venesia dari timur. Palembang dan Sungai Musi menjadi dua sisi mata uang yang saling mendukung. Kotapraja ini dibangun dari sektor maritim dan menjadi daerah otonom pada tahun 1906 di bawah Pemerintahan Hindia Belanda dengan status gemeente.
Abad ke-20 kemudian menjadi tolak ukur dari kehidupan industri Palembang.
Pada sektor pariwisata, ditemukan berbagai hotel dengan akomodasi yang begitu baik. Beberapa hotel tersebut di antaranya: Hotel Emma (1891), Hotel Ratu Wilhelmina (1902), Hotel Palembang (1912), Hotel Joling atau Hotel Schwartz (1923), hingga hotel-hotel baru yang kini bermunculan.

Di sisi lain, industri pariwisata kota Palembang didukung pula dari sektor kuliner.
Komoditi Kopi Palembang menjadi satu produk yang terus mengalami eskalasi permintaan sejak tahun 1711. Pemerintah Hindia Belanda turut memiliki andil dalam penjualan ini. Sementara itu, pempek yang menjadi makanan khas rupanya merupakan produk akulturasi budaya yang banyak dipasarkan pada awal tahun 1900-an oleh masyarakat keturunan Tionghoa.
Kuliner pempek kemudian menjelma menjadi komoditi legendaris dari kota ini. Pada sektor busana, songket asal Palembang tidak ubahnya membius para penikmat fasyen. Songket Palembang mulanya berasal dari sutra, dan telah diproduksi sejak abad ke-8. Industri songket kemudian bertumbuh sebagai kain khas dari kotapraja ini.
Balwana van Palembang selanjutnya membawa para pengunjung untuk menikmati kilas balik kota maritim ini. Peradaban maritim sebagai titik mengawali sejarah kota ini, kemudian pertumbuhan industri yang memberi perubahan pada fasad dan sudut kota ditampilkan sebagai sebuah refleksi.

“Pariwisata menjadi garda depan dan sektor penting dalam roda perekonomian di Kota Palembang. Oleh karena itu Kota Palembang terus berbenah dalam bidang pariwisata agar para wisatawan selalu nyaman berada di Kota Palembang dan bersinergi Bersama Kota Yogyakarta,” ungkap Sulaiman Amin Kepala Dinas Pariwisata Kota Palembang.
“Langkah terobosan untuk mempererat antar kota khususnya Kota Palembang dan Kota Yogyakarta terbingkai dalam kegiatan Pameran Pariwisata dan Kartu Pos “Balwana van Palembang” menjadi silaturahmi antar kota khususnya pelaku pariwisata Kota Palembang dengan Kota Yogyakarta”. Imbuh Wahyu Hendratmoko, Kepala Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta.
Layaknya kartu pos ialah benda yang dikirimkan kepada seseorang yang istimewa begitu juga Kota Palembang memilih Kota Yogyakarta menjadi tempat untuk bersilaturahmi dalam bidang pariwisata dinilai Kota Yogyakarta menjadi potensi wisatawan yang ingin berkunjung ke Kota Palembang.

“Selain Kopi menjadi komoditas di Sumatera Selatan khususnya Kota Palembang, Kopi akan menjadi sajian dalam pameran “Balwana van Palembang” dinilai secangkir kopi dapat memunculkan ide kreatif dan persahabatan semakin erat,” tambah Uul Jihadan Koordinator Jejak Kartu Pos.
Kegiatan Balwana van Palembang ini atas dasar antara Dinas Pariwisata Kota Palembang , Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta, Jejak Kartu Pos, dan Bentara Budaya Yogyakarta. (rel)