Menag Berharap Sumsel Jadi Barometer Kedamaian Beragama

Selasa, 25 Mei 2021
Menteri Agama RI KH. Yaqut Cholil Qoumas

Palembang, Sumselupdate.com – Menteri Agama RI KH. Yaqut Cholil Qoumas melakukan pembinaan ASN dan dialog lintas agama di Aula Kanwil Kemenag Sumsel.

Pada kesempatan tersebut, Gus Menteri berharap Sumatera Selatan menjadi barometer kedamaian hubungan antar umat beragama.

Menurut Gus Yaqut, Indonesia merupakan negara yang memiliki kekhasan luar biasa, salah satunya adalah keragaman agama. Untuk itu, dia meminta seluruh unit kementerian agama hendaknya tidak hanya melayani satu agama saja, namun harus melayani semua agama.

“Kemenag tidak boleh hanya menjadi Kementerian Agama Islam saja, meskipun pemeluk Islam adalah yang paling banyak. Kemenag harus melayani agama secara proporsional, semua agama. Tidak ada Indonesia jika tidak ada Islam, tidak ada Indonesia jika tidak ada Kristen, tidak ada Indonesia jika tidak ada Katolik, tidak ada Indonesia jika tidak ada Hindu, tidak ada Indonesia jika tidak ada Buddha, tidak ada Indonesia jika tidak ada Khonghucu,” jelasnya

Ia menegaskan, Indonesia akan terpecah menjadi butiran kecil-kecil jika tidak bersatu semua agama. Karenanya, Gus Menteri sangat senang kegiatan ini dihadiri seluruh unsur agama.

“Saya sangat senang siang hari ini kita bisa menunjukkan kita masih Indonesia. Di ruang kecil ini kita berkumpul bersama-sama. Ada Islam, ada Kristen, ada Katolik, ada Hindu, ada Buddha, ada Khonghucu, dan ini luar biasa. Kalau ini diturunkan di tingkat pergaualan kita di masyarakat tanpa ada sekat-sekat, ini akan menjadi barometer kedamaian. Sumatera Selatan saya berharap menjadi barometer kedamaian hubungan antar umat beragama,” tegasnya.

Ia menambahkan, agama memang memiliki paradoks. Paradoknya agama, selain mempersatukan, agama juga bisa menjadi kekuatan destruktif. Bila agama diletakkan di posisi yang benar, agama akan menjadi alat perdamaian bagi pemeluknya meski berbeda-beda. Sebaliknya bila diletakkan di posisi keliru, agama memiliki kekuatan destruktif yang luar biasa.

“Dalam jejak sejarah peradaban dunia, ada catatan-catatan bagaimana agama bisa mempersatukan. Contohnya Indonesia. Indonesia merdeka karena bersatunya kelompok-kelompok agama yang berbeda. Contoh yang destruktif, bagaimana Timur Tengah porak poranda karena ada ISIS yang menggunakan agama sebagai alat untuk menguasai, alat destruksi untuk mereka yang tidak sama pemahamannya. Jangankan yang berbeda agama, yang sama agamanya tapi secara ritualnya berbeda, mereka anggap musuh dan dibunuh. Ini bila agama diletakkan di posisi yang keliru,” tuturnya

“Bukan hanya Islam sebenarnya, di agama lain juga sama, juga banyak. Contoh kasus Rohingya di Myanmar, di India, dan lain sebagainya. Namun itu contoh yang tidak baik dan tidak perlu kita adopsi dan kita gunakan di negeri ini. Kita sudah punya contoh bagaimana perjuangan para pendahulu kita menjadikan agama sebagai alat pemersatu. Saya optimis, saya optimis, saya optimis kita bisa. Apalagi ada contoh di Sumatera Selatan, hubungan antar umat beragama sangat harmonis,” tambahnya.

Ia berharap, hubungan umat beragama yang harmonis dapat terus dijaga. Dia mengajak untuk menjadikan keragaman kebudayaan, termasuk keragaman beragama di Indonesia kekuatan pemersatu dalam membangun bangsa, bukan sebaliknya kekuatan yang memecah-belah.

“Jika di daerah lain masih ada isu agama yang digunakan untuk memusuhi kelompok-kelompok yang berbeda dengan keyakinannya, saya berharap hal itu tidak terjadi di Sumatera Selatan. Baik yang lampau, maupun yang akan datang. Tolong dijaga bersama-sama dengan tokoh-tokoh agama,” harapnua

Kakanwil Kemenag Sumsel Mukhlisuddin mengaku bersyukur karena kondisi kerukunan umat beragama di Sumsel sangat kondusif.

”Alhamdulillah, sebagai sebuah provinsi yang multikultural dengan beragam suku, budaya, dan agama, selama ini kondisi kerukunan umat beragama di Sumatera Selatan sangat kondusif. Tidak ada konflik yang mengarah kepada perpecahan atau mengganggu ketertiban dan keamanan. Hal ini bisa terwujud berkat kerjasama dan sinergi yang baik antara pemerintah dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat. Pemprov, Kementerian Agama, Polisi, TNI, FKUB, dan tokoh-tokoh agama memiliki kesamaan dalam memandang pentingnya kehidupan yang rukun dan tentram,” tutupnya. (ron)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.