Amerika yang Bisa Hentikan Israel dan Perang Dunia Ketiga

Kamis, 19 Oktober 2023
Gelora Talks yang bertajuk tentang Perang Palestina dan Israel

Jakarta, Sumselupdate.com – Sekretaris Jenderal Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Mahfuz Sidik berharap Presiden Joko Widodo (Jokowi) membicarakan penyelesaian konflik Palestina-Israel saat bertemu dengan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS) usai lawatannya dari China.

Saat bertemu MBS, Presiden Jokowi akan membicarakan sejumlah agenda antara lain peningkatan kerja sama ekonomi dan investasi, penjaminan produk halal energi, dan pembentukan dewan koordinasi tertinggi.

Bacaan Lainnya

“Saya berharap saat bertemu MBS, Presiden juga membicarakan masalah isu Palestina, dan membuka jalan bagi lahirnya negara Palestina Merdeka dari penjajahan zionis Israel,” kata Mahfuz Sidik dalam diskusi Gelora Talks dengan tema “Perang Palestina Akankah Menuju Perang Global?”, Rabu (18/10/2023).

Menurut Mahfuz, Indonesia dan Palestina memiliki sejarah panjang merebut kemerdekaan dari penjajahan Belanda, seperti rakyat Palestina.

“Serangan mendadak Hamas ke wilayah Israel 11 hari lalu, membawa memori kita kembali pada sejarah panjang di Indonesia ketika ada serangan 1 Maret 1949 kepada pemerintah kolonial Belanda. Serangan 6 jam di Jogja itu, membawa kesadaran baru masyarakat dunia, bahwa Indonesia itu ada,” katanya.

Artinya, serangan Hamas, telah membukakan mata dunia, Palestina masih ada dan terus berjuang menuntut kemerdekaan dari zionis Israel.

“Serangan ini telah membangkitkan perjuangan rakyat Palestina belum selesai dan masih berjalan. Dalam perjuangannya, rakyat Palestina juga menggunakan Strategi Perang Semesta yang oleh Jenderal AH Nasution disebut sebagai perang gerilya. Dimana tidak membedakan mana kombatan, mana yang tidak. Semua punya kewajiban moral dan kewajiban politik memerdekakan negerinya,” ujar Mahfuz.

Ketua Komisi I DPR RI Mahfuz Sidik 2010-2016 ini mengatakan, kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, juga ada faktor eksternal yang membuka jalan bagi Proklamasi Kemerdekaan RI, yakni kekalahan Jepang dalam Perang Pasifik.

“Jadi kalau kita membaca kembali sejarah Indonesia, kita korelasikan kepada situasi Palestina, saya punya keyakinan bahwa perang kawasan akan membuka jalan bagi lahirnya negara Palestina Merdeka,” katanya.

Karena itu, kata Mahfuz, rakyat Palestina tidak bisa dibiarkan sendiri berjuang menuntut kemerdekaan, karena harus melibatkan kekuatan lain di sekitar kawasan memerangi zionis Israel.

“Lebih dari tiga tahun ini, Palestina seperti terpinggirkan, sementara Israel sangat masif dan agresif. Tetapi serangan Badai Al Aqsa telah membalikkan situasi. Situasinya sekarang berkembang ke perang kawasan, menyeret banyak negara. Perang ini, akan menjadikan Israel atau Palestina yang harus hilang dari peta, tapi keyakinan saya justru akan membuka peluang berdirinya negara Palestina Merdeka. Disinilah pentingnya Indonesia terlibat dalam perdamaian dunia dan memerdekakan negara jajahan. Saya berharap kunjungan Presiden Jokowi ke Arab Saudi juga membahas isu Palestina,” pungkasnya.

Sementara itu, pakar hukum internasional Prof. Dr Hikmahanto Juwana mengatakan, upaya pembalasan Israel terhadap serangan Hamas dianggap sebagai tindakan yang tidak proposional lagi.

Sehingga membuat kemarahan dunia akibat dari serangan Israel korbannya warga sipil, bukan kombatan. Namun, tindakan Israel mendapatkan dukungan penuh dari Amerika Serikat (AS).

“Serangan baliknya dianggap tidak proporsional lagi, kalau sudah tidak proporsional, maka bisa menuju kepada perang dunia ketiga (PD III). Karena korban serangan Israel di Gaza, adalah warga sipil,” kata Hikmahanto.

Namun, kata Hikmahanto, warga Yahudi sendiri tidak setuju serangan Israel ke Gaza, apalagi melakukan blokade seperti membatasi suplai air, karena hanya menimbulkan korban orang tidak berdosa.

“Jadi saya lihat orang Yahudi juga banyak yang tidak setuju, ini elite-elite saja yang ingin perang. Korban dari serangan Israel ini banyak anak-anak dan perempuan, ini juga yang mendorong Presiden China meminta PM Israel Benyamin Netayanhu menghentikan kekerasan di Gaza,” katanya.

Rektor Univeritas Jenderal Ahmad Yani meminta dunia menekan AS agar mendesak Israel menghentikan aksi kekerasan di Gaza. Sebab, Israel hanya takut kepada AS, bukan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).

“Kita bukan mau membenarkan atau menyalahkan, tetapi kita semua, termasuk Indonesia harus memberikan tekanan kepada Amerika Serikat agar Joe Biden (Presiden AS) mau minta kepada Netayanhu (PM Israel) agar menghentikan serangan-serangan, karena korbannya sipil. Tiap hari korban sipil berjatuhan, situasinya akan bertambah tidak menentu, apabila korban sipil terus bertambah,” katanya. (duk)

Bantu Kami untuk Berkembang

Mari kita tumbuh bersama! Donasi Anda membantu kami menghadirkan konten yang lebih baik dan berkelanjutan. Scan QRIS untuk berdonasi sekarang!


Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.