Sumselupdate.com — Rentetan peristiwa pekerja di area tambang batubara tewas dalam Provinsi Sumatera Selatan terjadi sepanjang Oktober 2020.
Paling teranyar ialah tewasnya pekerja tambang di PT Prima Mulia Sarana Sejahtera (PMSS) akibat tersambar petir di area PT BSS site PMSS. Korban yang diketahui operator pompa tersebut bernama Kusdi (35) ditemukan tewas di Pos Dumpman Disposal Timur, Kamis (22/10/2020) sekitar pukul 19.30 wib.
Pihak PT PMSS sendiri melalui Kepala Teknik Tambang Pargaulan belum menjawab saat dikonfirmasi Sumselupdate.com, baik melalui WhatsApp maupun telpon seluler.
Namun, Inspektur Tambang Fian Habibi, ST saat dihubungi Sumselupdate.com via seluler membenarkan adanya persitiwa tersebut.
“Info sementara ada. Tapi kalau mau info lebih lengkap lebih baik langsung ke Kepala Tambang, karena mereka yang punya kejadian,” imbuhnya, Senin (26/10/2020).
Dari catatan Sumselupdate.com, peristiwa pertama tewasnya pekerja di area tambang batubara pada bulan Oktober 2020 ialah di Tambang Air Laya Barat PT. Bukit Asam (persero) Tbk.
Akibat jebol dan longsornya tanggul air di area tambang itu, Federik Hansen Sagala, operator alat berat PT Pama Persada Nusantara, yang merupakan kontraktor PTBA, tewas tertimbun material longsor beserta alat berat yang ia gunakan. Peristiwa ini terjadi pada Kamis (1/10/2020) sekitar pukul 5.15 Wib.
Ironisnya, hingga kini jasad korban masih belum ditemukan, meski upaya pencarian PTBA telah dilakukan dengan dibantu tim berbagai pihak.
Manajer Humas, Komunikasi dan Administrasi Korporat PTBA Iko Gusman saat dikonfirmasi Sumselupdate.com mengatakan, saat ini perusahaan masih fokus melakukan evakuasi akibat kejadian longsor di Tambang Air Laya Barat.
“Selain itu juga perusahaan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kondisi tambang guna memastikan keamanan operasional tambang karena keselamatan dan keamanan para pekerja adalah prioritas utama perusahaan,” kata Iko, Rabu (7/10/2020).
Iko melanjutkan, Emergency Rescue Team (ERT) baik dari PTBA maupun PAMA, Tim BASARNAS serta Tim Pendukung lainnya terus berupaya bekerja keras dan fokus siang dan malam dalam proses evakuasi.
Selain menggunakan alat berat, tambahnya, proses evakuasi juga memanfaatkan peralatan dengan teknologi untuk mempercepat proses pencarian.
“Beberapa teknologi yang digunakan di antaranya metal detector milik PTBA, Echo Sounder dari Unsri, GPR (Ground Penetration Radar) dari Basarnas dan peralatan pendukung lainnya,” pungkas Iko.
Lalu, pada Selasa (21/10/2020), Tambang Batubara Rakyat atau lebih dikenal Tambang Rakyat (TR) di Desa Tanjung Lalang, Kecamatan Tanjungagung, Kabupaten Muaraenim, Sumatera Selatan, amblas. Peristiwa naas itu terjadi pada Selasa (21/10/2020) sekitar pukul 14.00 wib.
Tambang batubara ilegal ini amblas di kedalaman 15 meter. Sebanyak 11 orang pekerja meninggal dunia dalam peristiwa tersebut.
Peristiwa ini menjadi isu nasional, karena banyaknya jumlah korban yang tewas. Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Alex Noerdin yang meninjau langsung ke area tambang mengatakan, kasus ini harus segera diusut dan dibenahi mulai dari hulu, penadah baik yang di Lampung maupun di Jawa Barat maupun transportasinya.
Menurut Alex Noerdin, jika kasus ini tidak segera dibenahi maka peristiwa seperti ini dipastikan bakal terulang kembali.
Menurut Alex lagi, selain cukong yang bertanggung jawab, juga pemerintah kabupaten, pemerintah provinsi, dan Kementerian ESDM dalam hal ini Inspektur Tambang, juga harus bertanggung jawab.
Selain itu, Gubernur Sumsel Herman Deru, Kapolda Sumsel Irjen Pol Prof. Dr. Eko Indra Heri dan Plt. Bupati Muaraenim Juarsah sepakat untuk menghentikan seluruh aktivitas tambang ilegal yang ada di wilayah Sumsel.
“Saya sebagai Gubernur bersama dengan pak Kapolda dan Danrem sudah sepakat akan menghentikan semua bentuk aktivitas penambangan secara ilegal di Sumatera Selatan. Agar korban jiwa seperti ini tidak terjadi lagi. Kedepan kita harapkan ada perhatian dalam bentuk pembinaan yang dilengkapi dengan safety. Jangan sampai warga terus menjadi korban dengan hasil yang tidak seberapa,” tegas Herman Deru.(**)