Jakarta, Sumselupdate.com — Anggota DPR RI RI Jazuli Juwaini mengatakan, Idul Fitri bukan hanya tentang perayaan keagamaan, tetapi juga momentum memperkuat nilai-nilai kebangsaan seperti religiusitas, persatuan, toleransi, gotong royong, dan nasionalisme.
“Dengan mengamalkan nilai-nilai tersebut, umat Islam dapat berkontribusi membangun bangsa Indonesia yang lebih maju dan sejahtera,” kata Jazuli di Jakarta, Rabu (10/4/2024).
Ketua Fraksi PKS DPR RI ini juga menyebut Idul Fitri merupakan waktu yang tepat melakukan refleksi diri dan merenungkan amalan yang telah dilakukan selama tahun sebelumnya. Umat Islam diharapkan dapat meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT dan menjadi insan bermanfaat bagi bangsa dan negara.
Dalam konteks kebangsaan, kata Jazuli, Idul Fitri harus menjadi momentum untuk memperbaiki kualitas kehidupan berbangsa dan bernegara, memperbaiki kualitas pengamalan nilai-nilai karakter, dan budaya bangsa yang termanifestasi dalam sila Pancasila.
Yang pertama, Idul Fitri mengajak setiap warga negara kembali pada hakikat manusia sebagai mahkluk spiritual, religius, bertakwa dan berakhlak mulia sebagai pengamalan sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa.
“Manusia yang spiritual memiliki hati bersih, tulus, ikhlas jauh dari iri, dengki, dan prasangka buruk. Tidak ada niatan mencelakai sesama anak bangsa. Tidak pula punya niatan menghancurkan bangsa yang dibangun susah payah oleh pendiri dan pejuang bangsa ini. Jika ia seorang pemimpin dia punya kepekaan hati. Melihat semua masalah kebangsaan dan penyelesaiannya dengan hati. Bersikap adil dan mencintai seluruh rakyatnya sepenuh hati apapun latar belakang agama, suku, budaya, kepentingan dan golongannya,” katanya.
Jika dia seorang pemimpin, kata Jazuli, dia punya kepekaan hati. Melihat semua masalah kebangsaan dan penyelesaiannya dengan hati.
Kedua, Idul Fitri menjadi momen memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Silaturahim yang dilakukan di momen hari raya tidak terbatas antar umat Islam tapi melintasi suku, agama, ras, dan antargolongan, sehingga dapat mempererat tali persaudaraan dan memperkokoh rasa nasionalisme.
Dalam praktek kehidupan berbangsa, masyarakat kita punya kearifan luar biasa. Idul Fitri tidak hanya perayaan bagi umat Islam tapi juga dirasakan saudara kita di luar Islam dengan saling mengucap selamat, saling mengunjungi, dan saling berbagi bingkisan, hadiah, juga makanan. Inilah bentuk riil toleransi yang tidak sekadar basa-basi.
Ketiga, Idul Fitri menjadi momen untuk meningkatkan semangat gotong royong dan kepedulian terhadap sesama. Tradisi zakat fitrah infak dan sedekah mencerminkan nilai-nilai kemanusiaan dan kepedulian terhadap orang-orang yang membutuhkan.
“Inilah cermin dari pengamalan sila kedua dan kelima Pancasila, kemanusiaan yang adil dan beradab dalam rangka mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Hal ini sekaligus mempertebal dimensi kesalehan sosial dari ibadah puasa dan ibadah lain dalam Islam sehingga tidak hanya mempertebal kesalehan pribadi semata,” jelas Politisi asal Banten ini.
Keempat, Idul Fitri menjadi momen untuk meneguhkan semangat kebangsaan dan nasionalisme. Nilai-nilai seperti religiusitas, disiplin, kerja keras, konsisten, persisten, dan pantang menyerah yang diajarkan dalam Islam dapat diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Bangsa Indonesia, lanjut dia, menghadapi tantangan yang tidak mudah di tahun mendatang. Setiap warga negara dituntut memiliki semangat nasionalisme yang kokoh sekaligus produktif sehingga bukan saja tidak luntur oleh tantangan dan ancaman tapi juga terus bergerak maju.
Globalisasi dan kemajuan teknologi informasi membawa dampak positif sekaligus dampak negatif. Nasionalisme bangsa mendapatkan tantangan, sekaligus ancaman dari “isme-isme” lain yang dominan seperti liberalisme, sekularisme, kapitalisme, individualisme, hingga ancaman terorisme dan radikalisme.
“Jika tidak hati-hati dan antisipasi dalam menghadapi tantangan dan ancaman tersebut, bangsa kita bisa kehilangan jati diri dan karakternya yang sejati. Sehingga mudah terombang-ambing, tidak punya prinsip dan pendirian, tidak punya martabat dan kemandirian. Momentum Idul Fitri harus mampu mempertebal jati diri dan mengokohkan nasionalisme bangsa,” tuturnya. (duk)