Martapura, Sumselupdate.com
Petani karet di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (OKUT) mengeluhkan harga karet yang turun drastis dalam beberapa bulan terakhir.
Harga jual karet berkisar Rp4.800 sampai Rp5.000 per kilogram. Padahal harga normal mencapai Rp9.700 per kilogram.
Petani karet kian tercekik setelah melambungnya harga pupuk di tingkat pengecer yang mencapai Rp120.000 per karung.
Tri Wardana (39) petani karet asal Desa Mangulak mengungkapkan, harga karet beberapa bulan terakhir menurun dan tidak pernah lebih dari Rp7.000 per kilogramnya.
Turunnya harga karet, membuat petani terpukul lantaran masyarakat desa mayoritas mengandalkan dari sektor pertanian khususnya kebun karet.
Menurut dia, beban masyarakat kian berat setelah harga kebutuhan pokok ikut terdongkrak. “Dengan harga karet sekarang ini satu bulan pendapat saya hanya Rp900 ribu,” keluhnya kepada Sumselupdate.com.
Keluhan sama dirasakan Rudi (32), warga Sri Tanjung, OKUT. Dia mengungkapkan untuk satu bulan terakhir terpaksa memilih tidak ke kebun untuk menyadap karet, akibat dari anjloknya harga komoditas pertanian itu.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, dia mencari ikan di sungai.
“Ya lumayan lah Oak hasilnya dari pada kita menyadap karet yang harganya cuma segitu, hasil getah karetnya pun berkurang akibat jarang dipupuk karena mahal,“ ujarnya dengan nada getir.
Dia berharap, harga getah karet dapat kembali normal agar mereka bisa menghidupi keluarganya.
Terpisah, Wakil Ketua Komisi II DPRD Sumsel, Budiarto Marsul menilai, berkurangnya kebutuhan karet dunia, menjadi penyebab belum membaiknya harga jual karet dari petani. Hal ini diperparah dengan semakin banyaknya negara penghasil karet.
“Di 2016 ini kebutuhan karet dunia berkurang, sementara negara penghasil karet bertambah,” ujarnya.
Di sisi lain, untuk harga sawit menurut Politisi Partai Gerindra ini, akan semakin membaik, mengingat kebutuhan akan sawit semakin bertambah, salah satunya untuk kebutuhan bio diesel.
“Untuk harga sawit akan bergerak naik, selain karena kebutuhan sawit akan meningkat, ditambah sawit ini menjadi bahan baku bio diesel,” ujarnya.
Ia berharap, ke depan akan ada hilirisasi produk unggulan Sumsel, seperti sawit, karet dan batubara dan bahan tambang lainya. Apalagi, saat ini Sumsel sudah memiliki Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
“Dengan terbentuknya Kawasan Ekonomi Khusus di Tanjung Api-Api, kami berharap akan banyak investor yang mau menanamkan sahamnya di Sumsel,” kata Budiarto.
Sementara itu, menanggapi melonjaknya harga kebutuhan pokok, mulai dari naiknya harga cabai, sembako dan harga daging. Budiarto meminta pemerintah daerah untuk lebih memperhatikan kondisi masyarakat dengan turun langsung ke lapangan, salah satunya dengan menggelar operasi pasar atau pasar murah. (don/erk)
Harga Karet Anjlok, Petani Karet di OKUT Kian Tercekik
Kamis, 28 Januari 2016
