Rupiah Akhirnya Terjatuh Juga

Kamis, 4 Februari 2016
Dolar kembali perkasa

Jakarta, Sumselupdate.com – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akhirnya tumbang setelah mengalami penguatan dalam beberapa hari terakhir. Penurunan harga komoditas menjadi salah satu penyebab penurunan nilai tukar rupiah.

Mengutip Bloomberg, Rabu (3/2), rupiah berada di level 13.799 per dolar AS pada pukul 01.25 WIB. Posisi tersebut melemah jika dibandingkan dengan pembukaan yang ada di angka 13.721 per dolar AS. Posisi tersebut juga melemah jika dibandingkan dengan penutupan sehari sebelumnya yang ada di angka 13.690 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang kemarin (3/2), rupiah berada di kisaran 13.701 per dolar AS hingga 13.825 per dolar AS. Jika dihitung sejak awal tahun, rupiah hanya melemah tipis yaitu 0,02 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia(BI), rupiah berada di level 13.757 per dolar AS, melemah jika dibandingkan kemarin yang ada di angka 13.621 per dolar AS.

Advertisements

Ekonom United Overseas Bank Ltd Singapora kata Ho Woei Chen menjelaskan, rupiah kembali melemah karena adanya spekulasi penurunan harga komoditas yang lebih dalam dari saat ini.

Jika memang harga komoditas turun maka akan sangat berpengaruh kepada ekspor Indonesia dan kemudian akan semakin memperbesar defisit neraca perdagangan.

“Indonesia sangat tergantung kepada komoditas dan dalam hal ini jika ekspor turun maka akan sangat berpengaruh ke mata yang,” jelasnya.

Jika dihitung, dari pembukaan hingga menjelang pukul 11.00 WIB tadi, rupiah telah melemah 0,9 persen ke 13.815 per dolar AS yang merupakan penurunan terbesar sejak 4 Januari 2016 kemarin.

Kondisi hari ini sangat berseberangan dengan perdagangan sehari sebelumnya. Kemarin, rupiah sempat menguat hingga ke level 13.601 per dolar AS.

Analis BNP Paribas SA, Singapura, Jennifer Kusuma menjelaskan, penguatan rupiah terjadi di saat beberapa mata uang lainnya di kawasan Asia melemah. Menurutnya, penguatan rupiah ini terjadi karena memang pada tahun lalu nilai mata uang Indonesia ini di bawah nilai pasar (undervalue).

Selain itu, dengan tingkat inflasi yang rendah, pelaku pasar juga melihat bahwa ada kemungkinan Bank Indonesia untuk menurunkan BI Rate yang dampaknya bisa mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. (adm3)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.