Krisis Rohingya Belum Teratasi, Pangeran Charles Batal ke Myanmar

Sabtu, 7 Oktober 2017
Pangeran Charles

London, Sumselupdate.com – Pangeran Charles dan istrinya, Duchess of Cornwall, membatalkan kunjungan ke Myanmar di tengah tuduhan bahwa pemerintah dan militer Myanmar melakukan ‘pembersihan etnis’ terhadap warga minoritas MuslimRohingya.

Ahli waris kerajaan Inggris ini akan melawat 11 hari ke Asia mulai akhir Oktober dan keterangan resmi yang dikeluarkan menyebutkan bahwa ia dan istrinya akan mengunjungi Singapura, Malaysia, dan India.

Media di Inggris memberitakan, Myanmar dicoret dari daftar negara yang dikunjungi ‘meski sebelumnya sudah ada pembicaraan soal rencana lawatan ke negara tersebut’.

Sempat muncul spekulasi bahwa Pangeran Charles akan tetap ke Myanmar meski ada gejolak di beberapa kawasan di negara tersebut tapi saat diumumkan secara resmi, Myanmar tidak ada dalam daftar.

Advertisements

“Ketika membahas persiapan lawatan, kami melihat beberapa pilihan dan akhirnya kami memutuskan untuk mengunjungi Singapura dan Malaysia,” kata Philip Malone, direktur bagian Asia Tenggara di Kementerian Luar Negeri Inggris.

Malone menambahkan persiapan lawatan Asia dilakukan selama beberapa bulan.

“Kami berkoordinasi dengan sekretaris pribadi Pangeran Charles untuk menentukan negara-negara mana saja yang akan dikunjungi,” katanya.

Aung San Suu Kyi dikecam oleh masyarakat internasional karena dianggap ‘tak berbuat banyak mengatasi krisis kemanusiaan di Rakhine’ yang menyebabkan lebih dari 500.000 warga Rohingya menyelamatkan diri ke negara tetangga Bangladesh.

Universitas Oxford menurunkan foto Aung San Suu Kyi di St Hugh’s college dan menggantinya dengan lukisan Jepang.

Dewan Kota Oxford juga telah mencabut gelar kehormatan untuk Aung San Suu Kyi dengan alasan situasi yang terjadi di Rakhine membuatnya ‘tak lagi layak menyandang gelar kehormatan Freedom of Oxford‘.

Aung San Suu Kyi berkuliah di Oxford di jurusan filsafat, politik, dan ekonomi pada 1964-1967 dan juga menikah dengan peneliti perguruan tinggi ini.

Sekjen PBB mengatakan apa yang terjadi terhadap orang-orang Rohingya ‘adalah pembersihan etnis’.

Krisis pecah setelah militer melakukan operasi di Rakhine untuk merespons serangan milisi Rohingya terhadap beberapa pos keamanan pada akhir Agustus. (adm3/dtk)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.