Anak Bicara Cadel, Yuk Kenali Penyebab dan Terapinya

Minggu, 26 November 2017
Ilustrasi anak berlatih bicara (babytime.ie)

Palembang, Sumselupdate.com – Kerap kita temukan, seorang anak sudah berusia balita tapi masih berbicara seperti bayi atau ‘cadel’. Misalnya dia berujar, “Mau mamam, Ma, aku lapel!” Ini bisa jadi terdengar lucu. Namun, jika hal itu keluar dari mulut anak yang semestinya sudah bisa mengucapkan kalimat dengan jelas, tentu ini tidak lucu lagi.

Mengapa dia masih bicara cadel? Apa penyebabnya dan bagaimana terapinya? Yuk simak ulasan berikut, sebagaiman dilansir dari laman parenting.co.id.

Soal penyebab, bicara cadel bisa jadi karena Anda penyebabnya atau anak sekedar hendak cari perhatian. Si kecil bicara seperti itu dan terkesan manja, bisa jadi karena Anda yang membiasakannya! Semula mungkin hanya untuk lucu-lucuan dan Anda mengikutinya. Namun, lama-lama anak merasa mendapat dukungan dan muncullah kebiasaan itu. Karenanya, siapa pun orang dewasa di rumah Anda yang mengajak anak bicara cadel, jelas kurang baik bagi perkembangan berbahasa anak. Lebih bijak jika Anda tidak mengajak dia berbicara cadel. Lalu koreksi ucapannya tanpa menyalahkan. Misalnya, ketika dia minta ‘cucu’, koreksilah dengan mengatakan, “Oh, maksud Raras minum susu?”

Anak bicara cadel juga bisa saja hanya ingin menarik perhatian Anda, misalnya karena Anda terlalu sibuk dengan adiknya yang masih bayi. Dengan bicara seperti bayi lagi, si kecil berharap Anda mau memperhatikannya. Ini dapat menjadi ‘warning’ bagi Anda untuk kembali memperhatikan si kecil yang mungkin dilanda perasaan cemburu. Libatkan ia dalam merawat sang adik dengan memintanya melakukan pekerjaan sederhana, seperti membantu Anda mengambil handuk atau bedak untuk adiknya. Cara ini membuat si kecil merasa diperhatikan, juga akan merasa bangga menjadi kakak yang dibutuhkan.

Terapi

Masalah sosial bisa jadi dirasakan anak yang cadel karena ia tidak dapat berkomunikasi dengan seharusnya. Selain itu, kemungkinan masalah belajar juga dapat terjadi, terutama yang berkaitan dengan baca-tulis karena dia mengalami gangguan fonologis (pengucapan).

Idealnya, gangguan fonologis akan hilang dengan sendirinya seiring dengan pertambahan usia anak. Jika gangguan artikulasi yang terjadi ringan, misal hanya kesulitan mengucapkan satu atau dua huruf saja hingga terdengar kurang jelas, cara mengatasinya adalah dengan terus melatihnya agar dapat lebih luwes dalam melafalkan.

Sejalan dengan pertumbuhan, biasanya gangguan artikulasi ringan itu akan hilang. Di sini, tugas orang tua memastikan gangguan itu tak berlanjut sampai anak besar. Sejak dini, orang tua harus membiasakan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang benar, bukan bahasa cadel. Dengan demikian, orang tua akan lebih mudah mendeteksi bila ada kendala pada kemampuan bicara anak.

Jika gangguan artikulasi pada anak sudah parah, lakukan pemeriksaan pendengaran untuk meyakinkan masalah memang terjadi pada produksi bunyi, bukan karena anak salah atau sulit mendengar. Jika sampai usia 4 tahun anak masih belum mampu mengucapkan kata-kata dengan benar, segera konsultasikan ke dokter anak atau psikolog anak agar dapat segera ditangani oleh speech pathologist. Namun, jika sampai usia SD gangguan ini masih ada, Anda patut curiga bahwa anak mengalami gangguan perkembangan komunikasi cukup serius sehingga butuh penanganan yang serius pula.

Diskusikan dengan dokter tumbuh kembang anak mengenai langkah yang harus diambil. Ketika akhirnya anak harus ditangani oleh seorang terapis wicara, jangan seratus persen mengandalkan terapis. Selain penanganan oleh terapis, tentu akan sangat memberikan hasil yang efektif jika orang tua dan anggota keluarga juga mengajari anak berbicara dengan lafal yang benar. Biasanya, gangguan itu akan lebih cepat hilang, jika ia terus dilatih dan dibiasakan menggunakan bahasa yang baik dan benar.

Selanjutnya, jika gangguan anak termasuk tahap berat atau sudah mengganggu komunikasi dengan orang lain, bahkan orang serumah pun tak mengerti maksudnya, maka ia butuh penanganan serius dari ahli terapis wicara. Biasanya terapis akan menelaah kembali apakah anak mengalami gangguan speech motor. Gangguan speech motor ada yang bisa dilatih dengan hanya meniup lilin. Kadang, diperlukan juga bantuan ahli THT untuk membetulkan gangguan organ-organ yang berkaitan dengan bicara yang berada di daerah mulut. Mungkin ada anak yang lidahnya tak terbentuk dengan baik sehingga terlalu pendek dan memengaruhi kemampuan bicaranya. Cacat bawaan, seperti sumbing, juga bisa berpengaruh kepada cara bicara, tetapi gangguan itu hanya bisa diatasi dengan operasi, dan dilanjutkan dengan terapi bicara. (shn)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.